Breaking News

79 Tahun Indonesia MERDEKA

79 Tahun Indonesia MERDEKA
JAYA TERUS INDONESIA KU!!!

Ngiklan Murah Disini Yuk!!

Saat Senja Menyaksikan Kepergianmu

Responsive Ad Here
Indahnya berbagi,!!!
Swara Semesta (10/02)
Matahari siang sangat menyengat kendaraan lalu lalang di sampingku. Menjadi anak sekolah bukanlah hal yang mudah walau kadang aku selalu dimanja sama mama papa, bukan berarti hidupku enak tapi malah sebaliknya. Aku membenci hidupku yang sekarang. Saat semua orang senang aku menderita, kadang aku tak mengerti lika liku kehidupanku. Mimi sahabatku kadang tak peduli lagi lalu pada siapa lagi aku akan mengadu. Laut pun tak segan menghempaskan ombaknya.

Pagi ini aku kembali termenung di balkon kamarku sambil menikmati hilir mudik kendaraan yang lalu lalang. “Rania… ayo bangun. apa kamu tidak sekolah?” tanya mama dengan suaranya yang melengking masuk di telingaku.

Sesampainya di sekolah, kutelusuri bagian demi bagian kiridor sekolah berharap aku bertemu Mimi di sana. Tanpa menunggu waktu lama kulihat Mimi sedang duduk di pojok ruang kelas 2.

“Hai Mimi apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku sembari mengambil tempat yang cocok untuk mendengarkan Mimi

“Tidak aku hanya sedikit pusing” jawabnya singkat.
Aku tahu Mimi saat ini, dia lagi kacau jadi aku tidak ingin jika terus bertanya dan mengganggunya.

Bel pertama telah berbunyi, aku dengan langkah yang kupaksakan masuk ke kelas, tapi pikiranku menerawang ke kejadian yang baru beberapa menit yang lalu terjadi. Sebenarnya ada apa dengan Mimi tidak biasanya dia seperti ini. Aku memfokuskan perhatianku ke luar jendela. Tapi apa yang kulihat sekerumunan orang yang tengah berada di jalan raya.

Tanpa permisi aku keluar menerobos kerumunan orang. Betapa kagetnya aku saat kutahu Mimi terbaring tak berdaya di hadapanku. Air mataku tak bisa kubendung lagi. Satu hal yang terlintas di benakku bahwa semua ini ada hubungannya dengan Rachel dan lainnya.

Dengan langkah terburu buru aku kembali ke kelas kulihat Rachel sedang tersenyum ke arahku, sudah kuduga pasti dia pelakunya, tapi apa boleh buat tak seorang pun yang tahu pasti kejadiannya. Aku hanya bisa tutup mulut hanya waktu yang akan membuktikan kebenarannya.

Aku kembali menatap jalan yang masih ramai itu. Mimi telah tiada itulah kenyataan yang harus aku hadapi sekarang kehilangan seorang sahabat adalah hal yang menyakitkan. Tapi aku tidak akan tinggal diam membiarjan sahabatku pergi begitu saja. Aku berbalik ke arah Rachel, seulas senyum terukir di wajah misterius itu.
Cerpen Karangan: Arifah Mutawaffika

0 Comments